Oleh : Abduh Zulfidar Akaha
“Daging apa pun yang tumbuh dari barang haram, maka neraka adalah tempatnya yang paling pantas.” (HR Al-Baihaqi)
Jauh-jauh hari, Nabi SAW telah mengingatkan agar jangan sekali-kali kita mengonsumsi barang haram atau makan dan minum dari uang haram. Tidak mengherankan, apabila banyak anak pejabat koruptor yang moralnya rusak; angkuh, sok jagoan, pencandu narkoba, pergaulan bebas, hobi maksiat, ngebut-ngebutan, dan sebagainya. Hal ini tak lain karena harta orangtuanya dipenuhi uang haram hasil korupsi.
Tidak ada anak koruptor yang saleh, berakhlak baik, dan taat beribadah. Sebab, mereka sudah dijanjikan masuk neraka. Maka, tingkah polah mereka pun layaknya calon penghuni neraka. Lagi pula, Allah itu Mahabaik yang hanya menerima sesuatu yang baik-baik pula. Rasulullas SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja.” (HR Muslim)
Jangan berharap negeri ini bisa seperti Cina yang menghukum mati para koruptor sekaligus keluarganya. Karena, bisa jadi akan terlalu banyak korbannya. Pertanyaan, “Bapak ikhlas nih?” setelah menerima uang haram dari ‘korban’, merupakan senjata ampuh untuk beralasan bahwa itu bukan suap dan juga tidak korupsi.
Ini yang langsung berhadapan, baik yang di kantor maupun di jalan raya. Adapun yang main petak umpet, langsung sikat, langsung transfer, lewat orang ketiga, mark up, dan proyek fiktif, mungkin lebih banyak lagi dan jauh lebih besar jumlahnya. Koruptor di negeri ini benar-benar tak lagi punya hati dan tak tahu malu. Bermewah-mewah dan bangga dengan harta hasil korupsi benar-benar memalukan lagi menjijikkan.
Disebutkan dalam hadits shahih, ada seorang lelaki sedang dalam perjalanan jauh; rambutnya kusut dan pakaiannya penuh debu. Dengan menengadahkan tangan ke langit, lelaki ini berdoa penuh harap kepada Tuhannya. Tetapi, karena makanannya, minumannya, pakaiannya, dan tempat tinggalnya semua berasal dari uang haram; maka Nabi pun bersabda, “Bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR Muslim)
Sekiranya para pejabat dan aparat koruptor itu masih merasa diri sebagai muslim, hendaknya mereka merenungkan baik-baik kisah dan sabda Nabi di atas. Jika doanya saja tidak mungkin dikabulkan, apakah amal ibadah lainnya (termasuk yang sengaja ditampakkan) akan diterima?
Wallahu a’lam bish-shawab.
* * *
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(hukum) wisata kuliner, bukan tidak boleh, tapi jika berlebihan tidak baik
Hikmah jelang siang: (hukum) wisata kuliner, bukan tidak boleh, tapi jik a berlebihan tidak baik ' ada yg bertanya via WA ttg ha...
-
Oleh: Abduh Zulfidar Akaha P erseteruan antara kaum Asya’irah dan Salafiyah [1] adalah cerita lama. Bukan hanya sekarang. Dalam ...
-
Hikmah jelang siang: (hukum) wisata kuliner, bukan tidak boleh, tapi jik a berlebihan tidak baik ' ada yg bertanya via WA ttg ha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar