Jumat, 11 November 2011

(PURA-PURA) LUPA


Oleh : Abduh Zulfidar Akaha

Tak seperti biasa, kali itu ada yang berbeda dalam shalat Nabi Saw. Jumlah rakaatnya lebih banyak. Selepas salam, para sahabat mengingatkan beliau. Nabi pun segera menghadap ke arah kiblat dan bersujud dua kali lalu salam. Kemudian, beliau berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah manusia biasa, aku juga lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karena itu, jika aku lupa, maka ingatkanlah aku.” [Muttafaq Alaih dari Ibnu Mas’ud]
Siapa pun pernah lupa. Bahkan Nabi yang maksum pernah lupa. Namun lupa tak bisa disengaja dan sejatinya orang tidak ingin lupa. Bahkan kata “melupakan” bukan berarti lupa sesungguhnya. “Melupakan” hanyalah kata lain dari ketidak-inginan seseorang untuk mengingat kembali sesuatu yang tidak disukainya.
Di bulan Ramadhan, orang yang lupa makan dan minum saat puasa, adalah rezeki baginya. Nabi Saw bersabda, “Barangsiapa yang makan atau minum karena lupa, maka hendaknya dia jangan berbuka, karena sesungguhnya itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepadanya.” [HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah]

Orang lupa mempunyai hukum khusus dalam agama ini. Dia tidak berdosa ketika melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan (misal, makan saat puasa), dan dimaafkan ketika lalai akan sesuatu yang seharusnya dilakukan (misal, lupa shalat hingga lewat waktunya). Dalam hadits disebutkan, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku dikarenakan: tidak sengaja, lupa, dan melakukan sesuatu karena terpaksa.” [HR. Ibnu Majah dari Abu Dzar]
            Mungkin karena orang lupa dianggap manusiawi, dimaafkan, bahkan kadang tidak bisa disalahkan, orang pun banyak yang pura-pura lupa. Banyak orang kaya lupa membayar zakat dan berbagi rezeki dengan kaum dhu’afa. Banyak pejabat lupa bahwa jabatan hanya sementara, sehingga dia korupsi sepuasnya. Banyak anggota dewan yang (katanya) terhormat lupa akan janji-janji manisnya semasa kampanye. Dan, banyak juga politisi yang  lupa daratan; menggunakan posisi dan partainya untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya.
            Ada juga orang disangka terlibat korupsi tiba-tiba (sakit) lupa. Lupa banyak hal yang berkaitan dengan kasusnya, namun tak lupa tempat belanja barang-barang mewah. Ada pula orang yang sudah jalan-jalan ke Singapura sampai Kolombia, bahkan sering “bernyanyi” dari luar negeri , tahu-tahu setiba di Tanah Air mendadak lupa. Saya lupa semuanya, katanya.
            Orang boleh lupa atau pura-pura lupa. Tetapi Allah Mahaingat segalanya. Dia berfirman, “Dan tidaklah Tuhanmu pernah lupa.” [QS. Maryam: 64]

*   *   *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(hukum) wisata kuliner, bukan tidak boleh, tapi jika berlebihan tidak baik

Hikmah jelang siang: (hukum) wisata kuliner, bukan tidak boleh, tapi jik a berlebihan tidak baik ' ada yg bertanya via WA ttg ha...